April 6, 2025 Oleh dyreenn 0

Rupiah Ambruk di Pasar Luar Negeri, Dolar Sudah Tembus Rp 17.000

Kurs rupiah kembali mendapat tekanan hebat di pasar keuangan global. Dalam beberapa hari terakhir, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS merosot tajam dan bahkan tembus level psikologis Rp 17.000 per dolar AS di pasar luar negeri. Fenomena ini sontak memicu kekhawatiran akan dampaknya terhadap ekonomi nasional, khususnya sektor impor, utang luar negeri, dan daya beli masyarakat.

Apa Penyebab Utama Rupiah Melemah?

Pelemahan rupiah tak bisa dilepaskan dari kombinasi faktor global dan domestik. Berikut beberapa penyebab utamanya:

1. Penguatan Dolar AS Secara Global

Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) masih mempertahankan suku bunga tinggi di tengah inflasi yang belum sepenuhnya jinak. Ini membuat investor global kembali melirik aset-aset berbasis dolar AS yang lebih aman dan menjanjikan imbal hasil lebih tinggi.

2. Ketidakpastian Ekonomi Global

Ketegangan geopolitik di Timur Tengah, konflik Rusia-Ukraina yang belum usai, serta kekhawatiran terhadap perlambatan ekonomi global mendorong pelarian modal dari pasar negara berkembang ke aset safe haven seperti dolar AS dan emas.

3. Faktor Domestik: Defisit Transaksi Berjalan dan Ketergantungan Impor

Indonesia masih mencatatkan defisit transaksi berjalan, terutama akibat tingginya impor energi dan bahan baku. Selain itu, pembayaran utang luar negeri yang jatuh tempo dalam dolar menambah tekanan terhadap rupiah.

Reaksi Pasar dan Pemerintah

Pelemahan rupiah ini langsung berdampak pada pasar keuangan. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ikut melemah, dan investor asing mencatatkan aksi jual bersih (net sell) di bursa.

Bank Indonesia (BI) menyatakan siap melakukan intervensi di pasar valas dan obligasi untuk menjaga stabilitas. Namun, ruang intervensi tetap terbatas mengingat cadangan devisa juga harus dijaga agar tidak terkuras.

Menteri Keuangan Sri Mulyani:

“Kita harus tetap waspada, namun ini juga momentum untuk memperkuat sektor dalam negeri dan mengurangi ketergantungan pada impor.”

Apa Dampaknya Bagi Masyarakat?

Kenaikan dolar berarti harga barang impor berpotensi naik — mulai dari elektronik, suku cadang kendaraan, hingga bahan baku industri. Di sisi lain, perusahaan yang memiliki utang luar negeri akan menanggung beban lebih besar, yang bisa berdampak pada profitabilitas dan bahkan pemutusan hubungan kerja (PHK).

Sementara itu, masyarakat umum akan merasakan dampaknya lewat kenaikan harga barang konsumsi, terutama jika pelemahan rupiah terus berlanjut.

Kesimpulan

Tembusnya kurs dolar ke Rp 17.000 adalah sinyal peringatan serius bagi ekonomi Indonesia. Meski tekanan ini banyak dipicu faktor global, langkah antisipatif di dalam negeri sangat diperlukan — mulai dari penguatan sektor riil, pengendalian impor, hingga perlindungan terhadap kelompok rentan yang paling terdampak.

Selama ketidakpastian global masih tinggi, stabilitas rupiah akan terus diuji. Pertanyaannya sekarang: seberapa kuat ekonomi Indonesia menahan gempuran ini?