
Perang Dagang Trump: Siapa Sebenarnya Musuh Utama AS di ASEAN?
Selama masa kepemimpinan Donald Trump, kebijakan luar negeri Amerika Serikat mengalami perubahan tajam, terutama dalam hal perdagangan. Retorika “America First” yang diusung Trump bukan hanya menargetkan Tiongkok, tapi juga memberi tekanan pada negara-negara lain, termasuk di kawasan Asia Tenggara atau ASEAN. Namun, di balik ketegangan dagang yang terlihat, siapa sebenarnya yang dianggap sebagai “musuh utama” AS di ASEAN?
Perang Dagang: Fokus ke Tiongkok, Tapi Efeknya Menyebar
Meskipun perang dagang AS-Tiongkok menjadi sorotan utama sejak 2018, efek dari kebijakan tarif dan pembatasan perdagangan yang diterapkan Trump merembet ke negara-negara tetangga Tiongkok, termasuk di Asia Tenggara. ASEAN, sebagai blok ekonomi yang dinamis dan strategis, mulai menjadi titik perhatian baru dalam peta perdagangan global AS.
ASEAN dalam Pusaran Strategi Global AS
ASEAN terdiri dari 10 negara dengan kekuatan ekonomi yang beragam. Namun, dalam konteks perang dagang dan geopolitik, ada beberapa negara yang menonjol dalam hubungan dagangnya dengan AS:
1. Vietnam: Kuda Hitam yang Dicurigai
Setelah Trump memberlakukan tarif tinggi terhadap produk Tiongkok, banyak perusahaan memindahkan basis produksinya ke Vietnam. Negara ini menikmati lonjakan ekspor ke AS dan surplus perdagangan yang signifikan. Namun, keberhasilan itu justru menarik kecurigaan Washington.
Trump pernah menyebut Vietnam sebagai “yang terburuk dalam penyalahgunaan perdagangan dengan AS,” mengisyaratkan bahwa Vietnam bukan sekadar mitra, tapi bisa jadi “musuh dagang” berikutnya jika dianggap memanfaatkan celah untuk meraup keuntungan dari ketegangan AS-Tiongkok.
2. Indonesia dan Malaysia: Mitra Strategis dengan Tantangan Tersendiri
Indonesia dan Malaysia memiliki hubungan dagang yang cukup stabil dengan AS, namun tetap harus berhati-hati. Isu seperti pembatasan ekspor minyak sawit, masalah hak buruh, dan ketergantungan pada teknologi Tiongkok membuat kedua negara ini berada dalam posisi yang rentan. AS juga tak segan-segan menggunakan isu HAM atau lingkungan sebagai alat tekanan dagang, sebagaimana yang terjadi pada beberapa komoditas utama dari ASEAN.
3. Singapura: Netral Tapi Terlibat
Sebagai pusat keuangan regional dan mitra pertahanan strategis AS, Singapura bermain sangat hati-hati. Namun, posisinya yang terbuka dan terintegrasi secara global membuatnya tidak kebal terhadap dampak perang dagang. AS tetap memantau aliran modal, teknologi, dan pengaruh Tiongkok yang masuk melalui Singapura.
Siapa Musuh Sebenarnya?
Jika kita bicara “musuh” dalam konteks perang dagang ala Trump, bukan berarti permusuhan terbuka seperti dalam konflik militer. Musuh dalam konteks ini adalah negara-negara yang:
- Memiliki surplus perdagangan besar dengan AS
- Dianggap memanfaatkan celah dari ketegangan AS-Tiongkok
- Tidak mau tunduk pada standar atau tuntutan perdagangan AS
Dalam kerangka ini, Vietnam menjadi kandidat paling jelas sebagai “target baru” setelah Tiongkok. Namun, “permusuhan” ini bersifat pragmatis dan taktis, bukan ideologis. Trump melihat hubungan dagang sebagai permainan untung-rugi, dan negara yang dianggap terlalu untung dari AS bisa sewaktu-waktu dijadikan sasaran.
Kesimpulan
Perang dagang yang dimulai Trump bukan hanya soal tarif atau neraca dagang, tapi juga tentang strategi pengaruh global. Di ASEAN, Vietnam menonjol sebagai negara yang paling berpotensi menjadi “musuh dagang” AS, sementara negara lain seperti Indonesia, Malaysia, dan Singapura harus bermain cerdas di tengah tarik-ulur kekuatan besar dunia.
Kawasan ASEAN perlu menyadari bahwa mereka bukan hanya korban atau penonton dalam konflik dagang ini, tapi juga pemain aktif yang dapat menentukan arah masa depan ekonomi regional — dan global.
Hi, this is a comment.
To get started with moderating, editing, and deleting comments, please visit the Comments screen in the dashboard.
Commenter avatars come from Gravatar.